Fokal IMM lahir pada 25 September 1999 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. Fokal IMM lahir sebagaisebuah jawaban atas pentingnya keberlangsungan dalam membangun visi gerakan dan komitmen sebagai kader intelektual Muhammadiyah. Fokal IMM merupakan kader potensial yang berjalan sesuai hittah perjuangan Muhammadiyah. Sebagai seorang kader persyarikatan harus mampu memelihara daya kritis menjadi kader potensial yang memiliki kualifikasi terbaik untuk maju membangun kemajuan gerakan keumatan, bangsa dan persyarikatan. Gerakan Fokal IMM harus selalu eksis dan berkemajuan.
Fokal IMM sendiri lahir dari para alumni IMM yang terus bertransformasi melalui religiositas, intelektualitas, dan humanitas. Sejak berdiri pada tahun 1964, IMM terus berkomitmen dalam dunia akademik, sosial, dan keagamaan demi kemajuan Indonesia. Selama 61 tahun, organisasi ini telah melahirkan kader-kader yang memiliki semangat perjuangan, intelektualitas tinggi, serta kepedulian terhadap masyarakat. Hal itulah yang menyebabkan Fokal (Forum Komunikasi Alumni) berdiri kokoh.
Simbol Kobaran api berwarna merah mencerminkan semangat para kader IMM dalam meraih kesuksesan dan berkontribusi untuk kemajuan Indonesia. Simbol pena melambangkan intelektualitas tinggi serta peran aktif IMM dalam perubahan dan pembangunan masa depan. Melati berwarna hijau yang bermakna pertumbuhan dan perkembangan organisasi, serta arah panah yang saling terhubung sebagai simbol penyatuan cita-cita dan tekad bersama dalam memperkuat IMM. Fokal IMM merupakan gambaran perjalanan organisasi yang akan terus berkembang dari masa ke masa. Dengan semangat kebersamaan dan komitmen yang kuat, Fokal IMM optimis dapat terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara tercinta ini.
FOKALIMMJATENG-Pimpinan Wilayah Fokal IMM Jawa Tengah melaksanakan diskusi intensif program ketahanan pangan di Sky ExecutiveKampung Kopi Banaran Semarang, Sabtu, 17/5/2025.
Ketua Fokal IMM Jateng Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag menyambut baik diskusi dan pemaparan program ketahanan pangan ini. “Maksud dan tujuan pertemuan ini untuk mencoba bertukar pikir dan mencari jalan terbaik dalam program Teknologi tepat guna program ketahanan pangan. Melalui Biorektor kapal selam merupakan proyeksi ke tingkat yang lebih tinggi sebagai inovasi yang ditawarkan kepada pemerintah melalui Kementerian pedesaan. Sejauhmana gagasan mas Sobri kita lendingkan melalui Fokal IMM Jateng. Selanjutnya Fokal IMM Jateng mempunyai peluang sebagai wadah yang tepat untuk menangkap ide dan gagasan menjadi sebuah temuan inovasi luarbiasa. Selanjutnya dalam Kerjasama nantinya agar clear, saling memyepakati dan memahami masing-masing.”
Dalam diskusi intensif program ini dilaksanakan pemaparan ahli Dr. Muhammad Sobri tentang Biorektor Kapal Selam (BKS) yang selama ini belum mampu ditangkap dan dipahami secara ilmiah oleh pemerintah. Padahal BKS merupakan temuan yang sudah teruji dan bisa diandalkan bagi kepentingan masyarakat. Maka, tugas Fokal mengambil langkah sebagai jembatan dan sekaligus solusi terhadap komunikasi yang masih cutel ini.
Hammam menambahkan bahwa Fokal IMM harus mampu membantu dan memberikan solusi terhadap segala permasalahan masyarakat. “Hari ini sampah telah menjadi masalah bagi negara dan global. Fokal harus mampu membantu negara mengatasi hal ini dengan cara berperan aktif tentunya. BKS bisa menjadi solusi yang tepat untuk mengurai permasalahan ini.”
Pada diskusi ini menghasilkan kesepakatan bahwa Fokal IMM Jateng siap untuk melendingkan BKS ini. “Selanjutnya Fokal akan mengambil langkah cepat untuk segera membentuk tim demi percepatan pelaksanaan program ini.” Tutur Bambang. Senada yang disampaikan oleh Sukamto, “Fokal harus ada langkah konkret dengan cara membentuk wilayah kerja tim yang meliputi tim ahli, tim media dan tim lapangan atau eksekutor.”
Dalam diskusi dan pertemuan ini sekaligus menghasilkan, 1) membantu pemerintah mencari solusi penanganan sampah dengan teknologi Bioreaktor Kapal Selam, 2) membantu pemerintah dalam ketahanan pangan dengan pemanfaatan produk Fokal IMM untuk food estate local, 3) membantu pemerintah untuk teknologi inovasi ketersediaan energi listrik yang berasal dari sampah, dan 3) mengajak masyarakat dan stakeholder ikut aktif dalam penanganan krisis sampah, pangan, dan energi.
Agama-agama pada umumnya mengenal dimensi narasi dan mitos. Demikian pula dengan Islam. Dimensi narasi berisi kisah-kisah sejarah yang dapat dibuktikan kebenarannya secara historis dan historiografi. Seperti Sirah Nabawi yang mengandung catatan-catatan sejarah perjalanan kehidupan Nabi sebagai seorang orang suci dan terpilih. Kisah-kisah ini ditransmisikan baik secara oral maupun tertulis. Sementara itu, mitos dipahami sebagai kisah-kisah, cerita-cerita, yang berkaitan erat dengan dimensi yang adikodrati dan sifatnya parahistoris (Smart, 1998). Hal yang dipahami sebagai parahistoris di sini ialah suatu peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dibuktikan sebagai suatu peristiwa atau kejadian historis menurut ukuran-ukuran historiografi modern. Tetapi, para pemeluk agama mempercayai bahwa ada suatu klaim kebenaran historis di dalam kisah-kisah dan cerita-cerita suci tersebut. Menurut Malinowski (1954), mitos bagi kebudayaan primitif berfungsi untuk mengekspresikan, menjunjung tinggi dan merumuskan kepercayaan, memproteksi dan meneguhkan nilai-nilai dan moralitas, menjaga ritus-ritus, dan mengandung aturan-aturan praktis guna memberi petunjuk dan pegangan bagi hidup manusia. Bagi masyarakat primitif, mitos sesungguhnya bisa memerankan diri sebagai kepercayaan agama, karena konsep keagamaan dalam masyarakat semacam ini masih sangat sederhana.
Sejalan dengan perkembangan pemikiran dan peradaban manusia, mitos secara perlahan pada akhirnya mengandaikan suatu ontologi dan dapat berbicara tentang kehidupan-kehidupan yang riil dan peristiwa-peristiwa duniawi yang terjadi. Arkoun (1999) memandang bahwa mitos bukan selalu berhubungan dengan kepercayaan agama. Mitos ibarat langit dan cakrawala yang luas membentang dan memayungi eksistensi serta momot makna.
Ia laksana mimpi-mimpi tentang kebajikan abadi dan khayal segar yang membangunkan stamina dan vitalitas dalam wujud dan membebaskan manusia dari kegamangan dan desakan realitas.
Beberapa gambaran mitos dalam sistem kepercayaan Islam dapat disebutkan di sini sebagai berikut. Lukisan tentang kehidupan di taman-taman surga yang penuh kenikmatan, anugerah, dan keindahan. Suatu kehidupan yang pernah dialami oleh Adam dan Hawa lengkap dengan semua kesenangan dan kebahagiaan.
Taman-taman surga menyediakan semua kebutuhan dan keinginan dua sosok manusia ini. Tidak akan pernah merasakan lapar dan dahaga. Kebutuhan dan kesenangan makan minum tersedia berlimpah dan tak akan pernah kekurangan. Makan makanan terbaik dan minum minuman terlezat. Surga yang indah dihiasi gemercik suara air dari sungai-sungai yang mengalir di bawahnya. Segar, asri, dan panorama indah menjadi pemandangan setiap waktu.
Sungai madu dan sungai susu dapat dinikmati kapan pun mereka mau. Kesenangan dan kenikmatan seksual juga telah tersedia. Para bidadari surgawi siap melayani kapan dan di mana pun. Di tengah-tengah keberlimpahan surga itu, Adam dan Hawa hanya diminta oleh Allah Swt. Untuk mematuhi satu larangan saja, yaitu jangan mendekati pohon Khuldi, pohon keabadian. Namun iblis menggoda keduanya sehingga mereka mendekati pohon tersebut. Itulah yang menyebabkan mereka diusir oleh Allah Swt dari surga dan turun ke bumi.
Muhammad Ahmad Khalafullah dalam bukunya Al-Fann al-Qashash fi Al-Qur’an al-Karim memberikan contoh ayat-ayat yang berkaitan erat dengan tema unsur mitos dalam Al-Quran. Yakni: Al-An’am: 25, Al-Anfal: 31-32, An-Nahl: 24, Al-Mu’minun: 83-84, Al-Furqan: 5-6, An-Naml: 67-68, Al-Ahqaf: 17, Al-Qalam: 10-15, Al-Muthaffifin: 10-13.
Kesemua ayat-ayat itu mengandung redaksi yang mirip dengan bunyi asatir al-awwalin yang berarti “(ini adalah) dongeng-dongeng dari umat terdahulu”. Ayat ini menceritakan respons non-muslim ketika itu saat mendengarkan isi kandungan Al-Quran.
Dalam beberapa hadis dapat pula dijumpai dimensi mitos. Dapat disebutkan di sini misalnya, hadis mengenai keberkahan dan kemuliaan air Zamzam yang dipandang sebagai berasal dari surga, termasuk hadis yang menerangkan bahwa air Zamzam memberikan efek menghilangkan haus dan lapar, serta memberikan manfaat penyembuhan penyakit.
Mitos-mitos tentang air Zamzam ini berasal dari Rasulullah yang mempunyai kapasitas untuk berimajinasi mengenai kemuliaan dan khasiat air Zamzam. Jadi hadis di satu sisi bisa tampil sebagai ajaran dan di sisi lain hadir sebagai daya imajinasi Rasulullah.
Cerita lain yang mengandung muatan mistis dapat ditemukan di kalangan sahabat dan tabiin. Syaiban an Nakhai (tabiin) misalnya. Tatkala ia pergi bersama kaum muhajirin untuk berjihad, tiba-tiba didapatkan keledainya mati. Para sahabatnya tetap mendorong agar mereka melanjutkan safar dengan menaiki keledai yang ada. Akan tetapi ia bersikukuh menolak sembari menengadahkan tangan seraya berdoa:
“Ya Allah, aku pergi dari Daitsanah untuk berjalan di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Aku bersaksi bahwa Engkau kuasa menghidupkan orang-orang yang mati dan membangkitkan kembali orang-orang yang berada di dalam kubur. Ya Allah tolong hidupkan kembali keledaiku.” Setelah berdoa, Nakhai mendekati keledainya dan memukulnya, seketika hewan itu dapat berdiri dan menggerakkan telinganya.
(Bersambung…)
Artikel ini ditulis oleh Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag., ( Ketua Fokal IMM Jawa Tengah, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga.) https://kolom.espos.id/moderasi-islam-narasi-dan-mitos-bagian-1-1661720